Menjengkelkan, dan kenapa aku harus mengikutimu.
Benar firasatku, kau membawanya ketempat aku mengajakmu, dulu. Itu aku yang menemukannya, itu tempat kita.
Dulu, aku beli es krim tapi kesukaanmu habis. Kamu makan es krimku, aku menikmati kopi yang sudah dipesan olehmu. Itu tempat aku yang menemukannya!
Apa kamu tak merasakan dejavu? Bilang padanya, kau diajak olehku ke sana. Bilang. Kamu tak merasakan dejavu?
Tak kuat rasanya, melihatmu dengannya. Yang sesekali kau masih menengok ke belakang. Lalu tiba-tiba kau ingin mengatakan bahwa itu dejavu, kan? Bilang sayang, itu dejavu. Aku tahu kamu menyanyikan lagu celengan rindu dengannya. Berpoto ria dihadapan langit jingga. Bukankah itu ritual kita sebelum pulang? Itu dejavu!
Lalu, aku pergi dengan motor yang kelam dan mencekam karena jok belakangnya tak ada penumpang. Aku pergi dengan aroma masa lalu yang arogan, dan menyebalkan. Aku cemburu 34 menit dihadapan kopi yang sama.
Katakan padanya, dejavu!
Bilang sayang, kamu dejavu denganku.
Dan, kabarnya es krim kesukaanmu banyak.
Komentar
Posting Komentar