Langsung ke konten utama

March

”Satu dari sekian banyak tempat di dunia yang selalu menyiapkan kejutan-kejutan di hidupku adalah jalanan”

‘Ilmu di jalanan lebih luas daripada ilmu di sekolah”, Aku sepakat dengan kalimat itu. Maret adalah salah satu bulan dari 12 bulan yang terbaik. Mengapa begitu, karena di bulan ini aku begitu tumbuh sangat cepat, aku merasakan itu, sampai merinding ini nulisnya, duh. Huuuuh, baiklah. Kamu tahu, aku bertemu dengan orang-orang hebat, baik dikalangan mahasiswa, dosen, pejabat juga pedang kaki lima yang sering kusapa di jalanan. Transisi February dengan maret ini menyenangkan sekali bagiku, apalagi setelah kesibukanku diakhir bulan lalu menemukan tempat membasuh segala lara perihal menjadi mahasiswa seutuhnya. Aku dan PMII memang sudah digariskan untuk bersama kayaknya, soalnya ketika aku mau berangkat ke tempat masa penerimaan anggota baru itu semalamnya badanku panas dingin. Entah karena sebelumnya aku kehujanan, entah memang karena sakit covid 19 lagi. Ya aku pernah kena covid 19 dua kali, gitu deh ya perihal covid 19 aku males bercerita. Pagi tiba, dan aku masih merengek kesakitan tepatnya diperutku bagian kiri, “waduh bahaya ini, kalau aku tidak datang ke acara PMII, bisa hancur lebur penantian selama ini”, gumamku. Tapi lagi-lagi setelah aku minum obat dan makan, tetiba aku langsung seperti biasa lagi, dan tak banyak waktu aku minta antar saja oleh kawanku. Selama mengikuti kegiatan tersebut, aku dikenalkan dengan apa itu kemahasiswaan, keislaman dan keindonesiaan. Beruntungnya aku dikenalkan dengan orang-orang didalamnya, dan aku membrand diri aku selama beproses di PMII, aku akselerasi. Sampai-sampai dimarahi pengurus karena aku tidak tahu waktu untuk sekadar berdiskusi, ya memang waktu itu sudah menunjukan pukul tiga pagi, kan sudah bukan waktunya. Kalau dituliskan di sini tentang PMII, terlalu panjang, nanti akan kubuat tulisan khusus termasuk permintaan sekretaris cabang.

Ketua angkatan? Ya, bukan hanya berpmii. Tapi aku terpilih menjadi ketua angkatan 2020 alumni Man 1 Sukabumi. Begini ceritanya, aku masih ingat betul, pada tanggal 27 maret pertemuan itu terjadi. Aku dan beberapa kawan yang merindukan perkumpulan atau bahasa gaulnya itu reuni, kami bakal mengadakan reuni dibulan ramadan mendatang. Tapi pas obrolan dibuka, bukan membahas reuni. Malah membahas perihal Zealous (nama angkatanku yang artinya tekun dalam bahaya yunani atau latin gitu lupa) harus punya ketua dulu, baru bisa dilanjutkan atau bisa membuat agenda untuk ke depannya. Setelah casciscus, akhir kami sepakat harus ada ketua angkatan. Singkatnya aku terpilih sampai sekarang, bukan berarti aku yang paling tahu tentang zealous, tapi ini tentang kepercayaan yang dikasih kepadaku juga Thoriq sebagai wakil. Bissmillah aja dulu deh, semoga ada jalan yang bahagia juga pastinya bermanfaat.

Salam sayang untuk kalian yang berada di mana pun, yang telah menjadi saksi tumbuhnya aku dibulan maret ini, salam tadzim juga salam rindu deh, hahaha. I’ll see you later, guys!

 
*****
 

Perasaanku padamu masih sama seperti dulu, dan aku tetap menolak main ke pantai. Karena mitos yang bertebaran bahwa pasangan yang main ke pantai pasti putuh, dan itu terjadi kepada kawan dekatku semua. Repot kalau disebutkan siapa-siapanya, semua putus. Bisa dicek mereka sekarang punya yang baru, ada juga yang memilih sendiri. Tapi bagiku tetap dengannya, dengan seseorang yang ngerti aku, katanya. Yang selalu mengalah buatku yang selalu pemarah.

Aku dan dia selalu suka makanan yang enggak terlalu ribet dimakan, setahuku ya. Aku suka keju, dia suka cokelat. Aku suka warna navy, dia ungu. Gituuu deh ya, capek ini udah jam empat subuh aku belum tidur juga heuh. Capek….

Oke aku baru bangun, ini jam satu siang, aku sudah wangi, sudah rapih kok. Mari kita lanjutkan. Hari buruk bisa datang kapan saja, tidak peduli senin atau bahkan akhir pekan. Dan hari burukku kali ini dibulan maret jatuh pada hari sabtu. Beruntungnya aku cukup pantai mengatasinya dengan belanja dengan dia, iya dia. Sore menuju malam kami berangkat ke sebuah mall yang tidak jauh dari kediaman kami. Tiba di sana aku langsung dihadapkan dengan mas-mas yang bawa pel-an menambrakku dan membuat sepatu kesayangku basah kuyup. Bayangin bro basah, mau marah gak ada hak, mau sayang juga nyebelin, dasar mas-mas bawa pel-an!

Setelah memaafkan permintaan maafnya. Aku putuskan mampir untuk melihat-lihat sepatu diujung sebelah kanan diarah kedatangan kami, tapi aku bukan mau sepatunya, aku malah mau kaos kaki. Setelah pilah-pilih, dapatlah satu pasang kaos kaki warna abu dengan corak merah maroon. Soalnya warna navy jelek bahannya.

Kurang lebih selama 2 jam aku ngikutin pacarku nyari sepatu yang dia mau, ternyata tidak ada di super market ini. Aku dan dia pindah ke super market lain, di sini muter-muternya cuman dapat 43 menit dan tidak ada juga di sini. Sebelum pindah ke super market lainnya, aku minta untuk beli minum dan makanan dulu juga minta waktu untuk merokok sebatang, biar fresh. Sesudah makan dan merokok, aku dan dia lanjut ke sana-sini tetap enggak ada juga. Akhirnya dia menyerah, hadeuh. Kenapa enggak dari tadi coba ya, capek ternyata nganter cewek belanja selama lebih dari enam jam. Bete, bosan, ngantuk. Kalau sejam dua jam aku masih oke, ini enam jam muter-muter tapi enggak dapat-dapat.

“Makan dulu bro, belum makan ini udah setengah dua”, si jovan udah riweuh. 

Komentar