penenang hatiku, seharusnya hari ini kita rayakan kelahiranmu di ruang makan bersama kue coklat dan nasi kuning hangat kesukaanmu. dengan tiup lilin dan doa-doa menyeluruh yang keluar dari bibirmu. penyejuk kesalku, sudah sedari aku kecil kau merupa membela dari seluruh salah dan benarku, yang entah itu kerikilnya salah paham, atau besarnya amarah kesetanan. dunia masih hancur selepas kepergianmu-setidaknya duniaku masih merupa puing-puing yang entah dari mana aku harus membereskannya. kalau kau masih di sini, aku akan bagi betapa indahnya jatuh cinta diusia dua puluh dua dan betapa hebatnya patah hati bisa membawaku ke sana ke sini. kalau kau masih di sini, kita akan berkumpul di ruang makan dan meniup lilin tepat dengan jumlah umurmu. kalau kau masih di sini, duniaku masih setengahnya sempurna. aku akan gapai sarjana!. mungkin tidak lagi beratap kota sukabumi dan cisaat akan segera aku tinggalkan. atau mungkin tetap kota sukabumi. hanya saja aku ingin beratap sendiri dan menjadi mandiri. aku ingin tinggal tidak dengan siapa-siapa. aku akan cicipi-yang sebentar lagi dua puluh tiga-dan tentang luka akibat cinta, ternyata, adalah hal yang biasa, ya?
teruntuk yang mengajariku sepenuh hati tanpa harus tahu tangan mana yang sudi menerima dengan pasti-darimu aku bisa berkaca; karenamu aku tahu dari mana hati ini bisa seluas samudera.
bajinganku, di hari kelahiranmu ini aku akan segera berkencan dengan kekasih baruku. dia bisa melembutkan sendi-sendi kakuku. membasuh hingga menjadi pelipur laraku kala malam-malam penuh lelah menghatui datang padaku. sekali lagi, kau bajingan yang paling ulung.
salam, dari lelaki yang senyumnya sudah kembali merekah
Komentar
Posting Komentar